Tuesday, July 20, 2010
Terimakasih untuk kesia-siaan
Juga untuk kobaran angin
Dan dua mata api
Bukan milikku, dalam jiwamu
Takkan pernah padam dendam yang kalian tanamkan sejak dahulu.
Di ladang nan indah
Bertaburan mawar biru
Jarum tajam yang sama
Aku kan tetap menghunus pedangku
Meski harus putus retakan
Meski harus habis seluruhnya,
kelahiranku yang begitu diimpikan
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteusah meminta maaf untuk cinta,....
ReplyDeleteblogmu luar biasa, sering2lah mengunjungi sahabat2 bloger yg lain. agar mrk mengenal tulisanmu dan bisa mengunjungi rmh virtual kerenmu ini :)
pernyataan yang sama seperti yang pernah dikatakan seseorang yang menjadi inspirasi dari puisi ini :)
ReplyDeleteterima kasih, lebih sering aktif di blog yang mana?