Tuesday, July 20, 2010

Puisi Terakhir



Terimakasih untuk kesia-siaan
Juga untuk kobaran angin
Dan dua mata api
Bukan milikku, dalam jiwamu

Takkan pernah padam dendam yang kalian tanamkan sejak dahulu.
Di ladang nan indah
Bertaburan mawar biru
Jarum tajam yang sama

Aku kan tetap menghunus pedangku
Meski harus putus retakan
Meski harus habis seluruhnya,
kelahiranku yang begitu diimpikan

3 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. usah meminta maaf untuk cinta,....

    blogmu luar biasa, sering2lah mengunjungi sahabat2 bloger yg lain. agar mrk mengenal tulisanmu dan bisa mengunjungi rmh virtual kerenmu ini :)

    ReplyDelete
  3. pernyataan yang sama seperti yang pernah dikatakan seseorang yang menjadi inspirasi dari puisi ini :)

    terima kasih, lebih sering aktif di blog yang mana?

    ReplyDelete

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search